Langsung ke konten utama

Budaya dan Masyarakat




Hakekat Kebudayaan

Kebudayaan adalah sebuah gagasan, atau sebuah konsep, seperti di kemukakan oleh E.B. Tylor tahun 1871 dengan “yaitu keseluruh kompleks yang meliputi pengetahun, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan kemampuan lain apa pun, dan kebiasaan yang di pelajari dan di peroleh oleh …. anggota - ( anggota ) dari ( sebuah ) masyarakat.
Dari sudut pandang komunikasi, budaya dapat di definisikan sebagai kombinasi yang kompleks dari simbol – simbol umum, pengetahuan , cerita rakyat, adat, bahasa, pola pengolahan informasi, ritual, kebiasaan dan pola perilaku lain yang berkaitan dan memberi identitas bersama kepada sebuah kelompok orang tertentu pada satu trik waktu tertentu.

Hubungan antara Komunikasi dan Budaya
Konsep budaya beserta hubungannya dengan komunikasi secara lebih rinci :

Pertama , adalah sangat membantu untuk mengingatkan kita sendiri bahwa semua sistem sosial – hubungan, keluarga, kelompok, organisasi, masyarakat- berkembang dan memelihara budaya. Dan semua sistem sosial itu melakukannya melalui komunikasi.Sebuah budaya hubungan muncul secara alami dari waktu ke waktu. Proses yang sama muncul dalam kelompok maupun organisasi, meski jumlah orang yang terlihat lebih besar. Saat jaringan komunikasi muncul dan berubah, pola dan kenyataan yang dibagi pun berkembang. Dalam setiap kejadian ini, sebagaimana kita telah mengerti, kata – kata khusus atau frasa – frasa tertentu , pendekatan kepemimpinan, norma perilaku, atau kesepakatan berpakaian, muncul sebagai hasil dari komunikasi dan adaptasi mutualistik di antara para anggota. Simbol – simbol dari sebuah masyarakat adalah simbol budaya yang mungkin paling bisa di lihat. Simbol adalah dasar budaya setiap masyarakat. Bahasa lisan dan tertulis adalah unsur budaya yang paling dasar. Budaya yang terdapat pada hubungan, kelompok, organisasi, atau masyarakat, melayani fungsi yang sama terkait komunikasi :

- Menghubungkan individu satu sama lain

- Menciptakan konteks untuk interaksi dan negosiasi antaranggota

- Memberikan dasar bagi identitas bersama

Hubungan antara budaya dan komunikasi adalah kompleks. Budaya adalah hasil – tambahan dari kegiatan – kegiatan komunikasi yang berlangsung di dalam hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat. Tentunya, jika tidak karena kapasitas bahasa simbolis manusia, kita tidak akan bisa mengembangkan sebuah budaya bersama. Tanpa komunikasi beserta teknologinya, menjadi tidak mungkin untuk menyampaikan unsur – unsur budaya dari satu tempat ke tempat lain, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Budaya didefiniskan, di bentuk, ditransmisikan, dan dipelajari melalui komunikasi. Hasilnya, kemudian, adalah saling memengaruhi secara resiprokal, atau pendefinisian secara timbal balik, antara budaya dan komunikasi manusia. Melalui komunikasi kita membentuk budaya kita, dan pada gilirannya, budaya membentuk pola – pola komunikasi kita.

Karateristik Budaya


Karakteristik umumnya budaya berikut ini :

1. Budaya itu kompleks dan bersegi banyak

2. Budaya tidak terlihat

3. Budaya bersifat sibjektif

4. Budaya mengalai perubahan sepajang waktu


Budaya Itu Kompleks dan Bersegi Banyak

kompleksitas budaya adalah sesuatu yang paling tampak dan paling potensial bermasalah dalam komunikasi pada level masyarakat. Disini, perbedaan bahasa sering melibatkan isu – isu mendasar seperti kebiasaan sosial, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, pakaian, kebiasaan, makan, struktur kelas, orientasi politik, agama, adat istiadat, filosofi ekonomi, kepercayaan, dan sistem nilai.
Nilai dari budaya suatu masyarakat mempunyai dampak kepada ekonomi dan sebaliknya, serta sekaligus memengaruhi dan dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat, agama, dan kehidupan keluarga.
Jika kita memeriksa pola komunikasi verbal dan Non- Verbal dari budaya manapun, akan terlihat ada pola yang sama pada kompleksitas dan asosiasinya. Bentuk salam, gerak isyarat , tema dan bentuk percakapan, baju, kebiasaan bahasa, praktik berpacaran, konyak mata yang di pilih, penggunaan ruang, orientasi waktu, peran gender, orientasi pada yang lebih tua, dan sikap terhadap kerja semuanya memengaruhi dan pada gilirannya di pengaruhi oleh ragam dimensi budaya.
Meski setiap budaya itu unik dalam beberapa hal, masih dimungkinkan untuk mengidentifikasikan pola - pola umum kesamaan dan perbedaannya. Dalam hal orientasi terhadap praktik komunikasi, budaya dapat di jelaskan dalam tiga cabang tema : konteks tinggi dan konteks rendah, orientasi individu dan kolektif, dan prespektif waktu monokronik dan polikronik.

Budaya Konteks Tinggi dan Konteks Rendah

Ahli lomunikasi dan kebudayaan Edward Hall mendefinisikan konteks sebagai “informasi yang mengelilingi sebuah peristiwa; ia, secara tidak dapat dipisahkan menyatu dengan makna peristiwa”. 
Konteks tinggi ( high context/HC) …. pesan adalah ketika sebagian besar informasi berada dalam diri seseorang, sementara sangat sedikit bagian informasi yang di kodekan , eksplisit, dan dikirimkan. 
Konteks Rendah ( Low Context/LC ) adalah kebalikannya, yaitu kebanyakan informasi bersifat pribadi dengan kode yang dieksplisitkan. Para pelaku interaksi di dalam budaya konteks tinggi ataupun konteks rendah memiliki beberapa masalah interaksi satu sama lain. 
Orientasi individu dan Orientasi Kolektif. Rasa tanggung jawab terhadap kelompok adalah sebentuk budaya yang dapat dibedakan anatara perhatian terhadap kesejahteraan kelompok dan persepsi yang menekankan kepentingan dan hasrat perseorangan . Dalam budaya individualistik, tujuan – tujuan individu adalah kepentingan yang paling utama, sementara dalam budaya kolektif, tujuan kelompok adalah yang paling tinggi. 
Seorang Amerika ditanya apa yang ia lakukan demi hidup, jawaban biasa di awali sebuah judul pekerjaan , kemudian merinci tanggung jawab pekerjaan yang dipikulnya. Seorang Jepang terhadap pertanyaan “ Apa yang anda kerjakan demi hidup?” lebih cenderung di awali oleh penjelasan dimana ia bekerja, dan kemudian hanya akan menjelaskan seberapa besar kontribusi pekerjaan terhadap kelompok, daripada untuk bercerita tentang apa – apa yang harus ia kerjakan hingga selesai.


Waktu Monoronik dan Polikronik

Waktu – sebuah dimensi penting dalam banyak situasi komunikasi – secara khusu penting untuk memahami budaya dan perbedaannya. Hall membedakan dua orientasi waktu : monokronik dan polikronik. Waktu monokronik (monochronic) menjelaskan orientasi orang yang memberi perhatian dan melakukan satu hal dalam satu waktu . Sedangkan waktu polikronik (polychronic) merujuk kepada orang yang memberi perhatian dan melakukan banyak hal dalam satu waktu. 
Dalam budaya monokronik, waktu dianggap sebagai komoditas, sebagai sesuatu yang harus di hitug, diatur, dialokasikan dan dibelanjakan. Dalam sebuah sistem monokronik, sebuah jadwal atau agenda menjadi amat sangat penting laksana uang, bagaikan sesuatu yang daoat digunakan untuk belanja, ditabung, di buang dan hilang. Penjadwalan, perhatian terhadap pengelolaan waktu dan pemisahan antara kegiatan pribadi dan pekerjaan adalah Penting dalam budaya monokronik. 
Dalam budaya Polikronik memiliki lebih banyak pendekatan mengalir untuk hal – hal seperti penjadwalan, perhatian terhadap pengelolaan waktu dan pemisahan antara kegiatan pribadi dan pekerjaan. 
Individu dari budaya monokronik dapat mengalami frustasi ketika berurusan dengan dengan orang dari budaya polikronik atau sebaliknya. Perbedaan antara konteks tinggi dan konteks rendah, serta budaya monokronik dan polikronik adalah amat membantu untuk mencirikan budaya dan juga membantu untuk menjelaskan beberapa masalah yang muncul dalam komunikasi antarbudaya.

Budaya itu Tidak Terlihat
Sebagian besar karakteristik budaya yang menyelubungi hubungan, kelompok, organisasi atau masyarakat itu tidak terlihat bagi masing – masing unit ini. Sebagaimana udara mengelilingi mereka. Adakalanya kita dapat menjadi peduli kepada keberadaan dan hakikat budaya kita. Secara umum kepedulian ini muncul dalam tiga cara :
  1. Pelanggaran atas konvensi budaya. Ketika seseorang dalam sebuah budaya melanggar praktik atau standar budaya yang sudah mapan, pelanggaran itu cenderung menarik perhatian.
  2. Kontak lintas – budaya. Ketika kita menghadapi orang – orang dari budaya lain dan kemudian mendapati perbedaan besar perilaku di antara mereka dan kita. Kita tahu secara intuitif bahwa “ ada sesuatu yang salah “ dan bahwa kita merasa agak tidak nyaman meskipun kita tidak tahu persis apa sebetulnya yang mengganggu kita. 
  3. Analisis ilmiah adalah melalui mempelajari deskripsi budaya kita atau deskripsi budaya orang lain.


Budaya Itu Subjektif

Pola -pola , kode – kode dan kenyataan budaya yang kita gunakan dan kita terima begitu saja adalah bukanlah soal keharusan benar atau salah. Sebuah pendekatan yang lebih teoretis memandang bahwa budaya adalah cara, karena kita dan leluhur kita menciptakan budaya dalam cara - cara tertentu. Thomas Donaldson ( Ahli Etika ) mengidentifikasikan nilai – nilai utama yang dipercayai mencerminkan tradisi budaya seluruh dunia.

  1. Penghargaan kepada martabat manusia. Orang dilarang menempatkan orang lain sebagai perkakas ( tools ) dengan kata lain, kita harus mengakui nilai yang di miliki seseorang sebagai manusia adanya 
  2. Penghargaan atas hak asasi . Individu dan komunitas harus memperlakukan orang – orang dalam cara – cara yang menghargai hak asasi mereka 
  3. Kewargaan yang baik. Anggota dari sebuah komunitas harus bekerja – sama untuk mendukung dan memperbaiki pranata kemana komunitas bergantung.
Sekalipun nilai – nilai seperti menghargai martabat dan hak – hak asasi dan kewarganegaraan yang baik, di pandang sebagai nilai – nilai budaya universal, namun tampaknya jelas bahwa makna dari kata dan frasa ini bervariasi di antara budaya, atau setidaknya di antara individu dalam berbagai budaya.

Budaya Berubah Sepanjang Waktu

Budaya dan subbudaya tidak hidup dalam ruang hampa. Kita membawa serta pengaruh b,udaya pada saat kita berpartisipasi dalam sejumlah hubungan, kelompok atau organisasi. Dalam pengertian seperti ini, masing – masing kita adalah agen perubahan budaya. Upaya untuk mengenali dan mengklasifikasi budaya berdasarkan analisi identifikasi persamaan dan perbedaan, telah memiliki tradisi akademik yang panjang dan berharga. Terdapat bahaya setereotip budaya yang sangat nyat -menerima generalisasi terlalu berlebihan tentang individu yang mewakili kelompok nasional, regional, agama, atau etnis tertentu. Mengingatkan diri tentang keragaman yang luar biasa yang kita temukan dalam budaya kita sendiri, lalu mengakui adanya tingkat keragaman yang sama besarnya pada budaya orang lain.

Peran Komunikasi Bermedia

Banyak institusi dalam masyarakat berkontribusi terhadap penciptaan, pelestarian dan perubahan budaya. Komunikasi bermedia ( mediated communication ) juga memainkan peran yang sangat di perlukan.  Komunikasi bermedia memperluas kemampuan kita dalam membuat, menduplikasi dan menyimpan pesan. Beberapa dari pesan yang dimediasikan berkaitan dengan budaya kita dalam hubungan, kelompok dan organisasi. Dalam hubungan, tujuab kita dilayani oleh telepon seluler, e- mail, dan foto – foto. Dalam kelompok, tujuan itu di raih melalui naskan tercetak, lencana dan lambang. Sementara brosur, newsletter dan produk video berkontribusi terhadap budaya organisasi.

Periklanan juga menyumbang terhadap budaya yang berbasis informasi. Iklan mempromosikan sistem ekonomi pasar dan mendesak kita untuk menjadi konsumen. Peristiwa olahraga memberi ilustrasi menarik lainnya tentang berbagai cara ditampilkan melalui media, khususnya oleh media masa yang berfungsi sebagai pembawa pesan budaya seperti yang di bahas oleh dan Nimmo dan James Combs dalam mediated Political Realisties. 
Media massa juga memainkan peranan dalam komersialisasi simbol budaya. Tidak hanya simbol budaya berbentuk orang , tetapu juga berbagai karakter fiktif telah di komersialisasi melalui komunikasi masa, sebagaimana tokoh – tokoh Big Bird, Spiderman atau Mickey Mouse. Komunikasi masa juga penting dalam komersialisasi sebuah tempat atau lokasi, seperti di contohkan oleh Disney World, Central Park, Cancun, Las Vegas, New York, dan Paris. 
Pesan Melalui Media adalah sejenis cermin budaya. Komunikasi bermedia memainkan peran mendasar untuk setiap individu dalam proses sosialisasi dan pada saat yang sama berkontribusi terhadap stabilista dan keteraturan sistem sosial.


Adaptasi Budaya

Beradaptasi terhada sebuah budaya adalah persoalan sosialisasi dan persuasi. Sebagian besar pembelajaran adala alami dan tak terelakan. Adaptasi budaya juga melibatkan persuasi, seperti halnya dengan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga, gereja, dan sekolah, bertujuan memberikan pengetahuan, nilai, dan aturan yang orang lain menganggapnya perlu. Penyesuaiam – penyesuaian seperti itu menghadirkan sesuatu yang disebut sebagai “ kejutan budaya” ( Culture – Shock ) yaitu perasaan tanpa pertolongan, tersisihkan, menyalahkan orang lain, sakit hati dan ingin pulang kerumah. Awalnya kejutan budaya di pahami sebagai sebuah penyakit. 
Edward Hall, dalam buku klasiknya silent language, menjelaskan bahwa kejutan budaya adalah jelas – jelas “ peralihan atau distorsi atas isyarat2 yang akrab ditemui dirumah dan sebagai penggantinya adalah isyarat2 lain yang asing”


Tahap Adapatasi Budaya

Ada banyak usaha telah dilakukan untuk mengurai dan menggambarkan tahapan adaptasi budaya. Ada 4 tahap adaptasi :
  1. Tahap satu adalah periode “ Bulan Madu “ dimana individu menyesuaikan diri dengan budaya baru, orang baru, lingkungan baru, dan situasi baru.
  2. Tahap dua adalah masa dimana daya tarik dan kebaruan sering berubah menjadi frutasi, cemas, bahkan permusuhan.
  3. Tahap tiga, menandai di mulainya proses penyesuaian kembali
  4. Tahap empat, penyesuaian kembali berlanjut. Selama periode ini akan muncul beberapa hasil. Pertama, memperoleh kembali level keseimbangan dan kenyamanan, hubungan yang penuh makna, dan penghargaan bagi budaya baru. Kedua, orang tidak bisa sepenuhnya menerima budaya baru. Ketiga, menemukan cara untuk ‘ melakukan yang terbaik’ .

Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya atau intercultural communication di istilahkan komunikasi silang budaya atau cross- culture communication semakin populer. Apakah sebenarnya komunikasi antar budaya? Setiap kali kita berinteraksi dengan seseorang dari budaya lain, kita terlibat dalam komunikasi antar budaya. Dalam setiap situasi komunikasi, setiap orang membawa simbolnya sendiri, makna, pilihan dan pola yang mencerminkan banyak budaya dimana mereka pernah menjadi bagiannya. Begitu kita berinteraksi, kita menggunakan komunikasi untuk mengurangi ketidakpastian kita tentang situasi dan orang – orang yang terlibat. Kita saling bicara dan mendengar satu sama lain.
Ahli komunikasi Joseph De Vito, menawarkan panduan berikut untuk menghidari hambatan dalam komunikasi antar budaya
  1.  Kenalilah perbedaan budaya anda dan budaya orang lain
  2. Mengakui bahwa perbedaan itu ada dalam setiap kelompok
  3. Ingatlah bahwa makna ada pada diri seseorang dan bukan terdapat dalam kata – kata atau dalam gerak isyarat yang di gunakan
  4. Waspada terhadap aturan – aturan budaya yang berlaku dalam setiap konteks komunikasi antar budaya
  5. Hindari evaluasi negatif terhadap perbedaan budaya baik secara verbal maupun Non- Verbal
  6. Jaga diri dari kejutan budaya dengan mempelejari sebanyak mungkin budaya yang anda akan masuki

Masyarakat – Sistem Budaya dan Komunikasi Yang Kompleks

Sebuah masyarakat adalah sistem sosial yang kompleks terdiri dari sebuah besar keragaman, di pisahkan secara geografis, disertasi saling ketergantungan antar individu – individu, antar kelompok, maupun antar organisasi, yang bekerja mencapai tujuan yang saling terkait. Masyarakat- seperti juga sistem sosial lain adalah di buat, didefinisikan, dan dipertahankan melalui komunikasi.

Jaringan Nasional dan Internasional

Ada dua jenis jaringan komunikasi yang sangat mendasarkan fungsi nya bagi masyarakat :

  1. Jaringan Nasional
Adalah jalur didalam suatu masyarakat yang menghubungkan individu, kelompok maupun organisasi satu sama lain. Fungsi – fungsi yang di layani oleh jaringan ini meliputi :
  •  Menyediakan sarana melalui mana informasi disampaikan diantara anggota masyarakat 
  • Memfasilitasi terjadi nya koordinasi kegiatan yang sering beragam dari para individu, kelompok dan organisasi didalam suatu masyarakat.
  • Menyediakan salurqan melalui mana keputusan kolektif di buat dan di laksanakan
Dalam Masyarakat demokratis, banyak hubungan penting dalam jaringan nasional akan di sediakan oleh individu yang dipilih atau terpilih untuk mewakili kelompok atau organisasi tertentu. Proses Kolaborasi dan pengambilan keputusan kolektif , menghasilkan rekomendasi, kebijakan, dan hukum. Jaringan nasional membuat sesuatu yang oleh Karl Deutsch disebut sebagai “ saraf pemerintah”.

2. Jaringan Internasional

Jaringan transnasional membuat sambungan diantara berbagai masyarakat. Fungsi – fungsi yang di layani oleh jaringan internasional meliputi :
  • Menyediakan masyarakat akses pada informasi yang di perlukan untuk mengidentifikasi dan beradaptasi terhadap kebutuhan dan tantangan lingkungan dan komunitas dunia
  • Membekali berbagai sarana melalu mana informasi di sampaikan di tengan masyarakat
  •  Memudahkan identifikasi dam koordinasi beranekaragam kebutuhan , kegiatan , dan padangan dari berbagai masyarakat
  • Memberikan jalan- jalan melalui mana kerjasama internasional dimungkinkan

Komunikasi Internasional : Desa Global, Fakta atau Fiksi

Marshall McCluhan menggambarkan masa depan dengan penuh optimisme, dimana warga dunia akan dihubungkan secara bersama- sama kedalam apa yang mungkin kita anggap sebagai sebuah “ Komunitas Dunia” atau “ Desa Global “ hubungan internasional formal dan informal dan kepariwisataan merupakan kontributor penting lainnya terhadap komunikasi global. Komunikasi bermedia telah memudahkan aliran informasi keseluruh dunia, meningkatkan terpaan budaya, perspektif, dan pimpinan masyarakat satu sama lain.

Kompleksitas yang berlimpah

Saat ini beberapa ahli menyarankan, bahwa batas – batas yang dapat di kurangi oleh teknologi komunikasi dan informasi mungkin amat penting untuk di pertahankan. Para pengkritik berpendapat bahawa komunikasi lintas batas budaya dapat menyumbang sebuah efek “ Melting Pot “ atau budaya campuran, dan kuatir bahwa perbedaan nilai antar budaya atau masyarakat menjadi kabur didalam prosesnya.  Tantangannya adalah bagaimana menuai keuntungan dari komunikasi global tanpa perlu mengorbankan integritas individu, budaya dan kemandirian dalam komunikasi lintas budaya. Komunikasi yang meningkat telah memberi kontribusi terhadap makin baiknya hubungan internasional dan hubungan anatar budaya.
Kemampunan komunikasi dan kepemilikan bersama lingkungan simbolik tidak secara otomatis mengarah kepada bergabung atau terjadi nya kesamaan dalam cara berpikir atau bertindak, dalam orientasi milik umum atau dalam pola pengelolaan informasi yang sama bagi individu yang terlibat.
Bidang komunikasi internasional dan hubungan internasional memberikan contoh nyata dari wawasan komunikasi yang amat mendasar. Kehadiran komunikasi dan pesan umum yang tersedia tidak harus cenderung menghasilkan penyatuan dari pada pemisahan cinta dari pada benci , pemahaman dari pada kesalahpahaman, damai daripada perang. Keahlian komunikasi individu seperti mendengar, empati, dan menghargai bisa menolong untuk menjebatani kesenjangan dalam komunikasi.

Implikasi dan Aplikasi

Setiap hubungan, organisasi, kelompok, dan masyarakat memiliki budaya yang sampai batas tertentu adalah unik. Ketika kita terlibat dalam komunikasi pada saat yang sama kita memberi kontribusi kepada penciptaan atau pemeliharaan budaya dari hubungan, kelompok, organisasi, dan atau masyarakat


Budaya begitu mendasar dalam hidup kita

Kita cenderung menganggap praktek- praktek budaya kita sendiri adalah benar. Komunikasi bermedia ( Mediated Communication ) berkontribusi terhadap proses menciptakan, mempertahankan, dan mengubah budaya. Ketika kita berpindah dari satu tempat, hubungan atau pekerjaan , kita mungkin akan mengalami “kejutan budaya “ . Setiap situasi komunikasi dalam beberapa hal adalah komunikasi antar budaya.
Komponen – Komponen Penting dari Kompetensi Komunikasi antar budaya yang potensial adalah 
Menghargai orang yang memiliki perilaku dan budaya yang berbeda dengan kita, Pengetahuan tentang keterlibatan budaya, Kesediaan untuk memperoleh pengetahuan tentang budaya orang lain, Empati terhadap situasi orang lain, Kepekaan terhadap perbedaan budaya dalam hal bahasa, aturan percakapan, dan perilaku Non- verbal, Pendekatan tidak menghakimi terhadap pola – pola budaya yang berbeda, Tenggang Rasa terhadap situasi baru dan membingungkan, Kecakapan untuk menyeimbangkan peran berorientasi tugas dan peran berorientasi mendukung


Kesadaran diri

Dari sudut pandang komunikasi , budaya dapat didefinisikan sebagai seperangkat kombinasi simbol bersama, pengetahuan, konvensi cerita rakyat, bahasa, pola pengolahan informasi, aturan – aturan, ritual, kebiasaan, gaya hidup dan sikap, yang saling terkait dan memberikan sebuah identitas bersama kepada kelompok atau masyarakat tertentu pada suatu waktu tertentu. 
Komunikasi bermedia memainkan peran penting dalam penciptaan dan memelihara budaya, pesan – pesan yang dimediasi adalah salah satu jenis dari cermin budaya. Tindakan adaptasi terhadap sebuah budaya adalah proses alamiah dari pengembangan teori personal yang tepat, representasi, peta pemikiran, dan citra mengenai sebuah budaya, dimana kita adalah anggotanya. Sering kali hal ini muncul dalam apa yang disebut sebagai kejutan budaya.
Masyarakat adalah sistem sosial yang kompleks yang terbentuk oleh sejumlah besar perbedaan, pemisahaan geografis, dan saling ketergantungan antar individu, kelompok dan organisasi dalam mengejar tujuan – tujuan bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Sehat dengan AUTOPAGY

Berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan tubuh yang sehat terhindar dari penyakit. Para ahli pun telah banyak mengembangkan konsep-konsep kesehatan yang diharapkan dapat membantu orang banyakuntuk memperoleh kesehatannya. Penelitian tentang konsep kesehatan pun telah banyak diterbitkan kedalam jurnal-jurnal ilmiah. Autopagy berasal dari kata Auto (Yunani) berarti sendiri; Phagy : phagus (Latin) makan; phagein (Yunani) makan, berbagi makanan. Pengertian menurut biologi sel: sel tubuh memakan sendiri organel (bagian dalam sel) pada keadaan sel lapar karena kekurangan nutrisi. Konsep ini muncul pada tahun 1960-an, ketika para peneliti pertama kali mengamati bahwa sel dapat menghancurkanisinya sendiri dengan membungkusnya dalam membran, membentuk vesikel seperti karung yang diangkut ke kompartemen daur ulang, yang disebut lisosom, untuk degradasi. Penemuan Yoshinori Ohsumi membawa pada paradigma baru dalam pemahaman tentang bagaimana sel mendaur ulang isinya. Yoshinori Ohsumi merupak

Layanan Keuangan Digital Untuk Anggota Credit Union

       Kemajuan teknologi di segala aspek kehidupan tidak terelakan lagi, termasuk kemajuan teknologi digital di bidang keuangan. Banyak kemudahan dan tawaran yang menarik dengan kemajuan ini, sehingga banyak intitas bisnis keuangan yang menawarkan keunggulan-keunggulan nya dengan memanfaatkan teknologi digital. Era revolusi industri 4.0 yang saat ini sedang terjadi memaksa setiap entitas bisnis untuk merubah model bisnis atau cara kerja agar tidak terdistrupsi tetapi bagaimana bisa mendistrupsi. Pertanyaan besar adalah bagaimana dengan koperasi dalam hal ini lebih spesifik adalah Credit Union atau koperasi kredit. Apakah CU juga terdapak dengan distrupsi yang sedang terjadi? Sudahkah CU melakukan langkah-langkah strategis untuk menghadapi distrupsi dari revolusi industri 4.0? dan masih banyak lagi pertanyaan yang jika di uraikan akan saling kait mengkait.      Penggunaan layanan digital untuk meningkatkan layanan kepada anggota adalah sebuah keniscayaan. Dimana CU yang merupakan inti